Senin, 27 Februari 2012

Laktasi

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi mengisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari siklus reproduksi mamalia termasuk manusia.
Fisiologi Laktasi
Pada masa hamil, terjadi perubahan pada payudara, dimana ukuran payudara bertambah besar. Untuk mempersiapkan payudara agar pada waktunya dapat memberikan ASI, estrogen akan mempersiapkan kelenjar dari saluran ASI dalam bentuk poliferasi, deposit lemak, air dan elektrolit, jaringan ikat semakin banyak dan miopitel di sekitar kelenjar mammae semakin membesar.sedangkan progesterone meningkat kematangan kelenjar mammae dengan hormone lain. Bersamaan dengan membesaranya kehamilan perkembangan dan persiapan untuk memberikan ASI semakin tampak, payudara semakin membesar, puting susu semakin menonjol pembuluh darah semakin tampak, dan areola mammae makin hitam. (Manuaba, 1998)
Pada kehamilan lima bulan lebih, kadang-kadang dari ujung putting mulai keluar cairan yang disebut kolostrum. Sekresi cairan tersebut karena pengaruh hormone laktogen dari plasenta dan hormone prolaktin dari kelenjar hipofise. Produksi cairan tidak berlebihan karena meski selama hamil kadar prolaktin cukup tinggi pengaruhnya dihambat oleh estrogen.
Setelah partus, pengaruh penekanan dari estrogen dan progesterone terhadap hipofisis hilang. Timbul pengaruh hormon - hormon hipofisis kembali, antara lain lactogenic hormone. (prolaktin) yang akan dihasilkan pula. Mamma yang telah dipersiapkan pada masa hamil terpengaruhi, dengan akibat kelenjar-kelenjar susu berkontraksi,sehingga pengeluaran air susu dilaksanakan.
Pada seorang wanita menyusui ( laktasi ) kedua dan selanjutnya cenderung lebih baik dari pada yang pertama, menunjukan bahwa seperti halnya pada semua fungsi reproduksi, di perlukan “trial runs” ( latihan) sebelum mencapai kemampuan yang optimal. Pada umumnya wanita yang lebih muda kemampuanya lebih baik dari pada yang tua.

Produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung pada  stimulasi pada kelenjar payudara terutama pada minggu pertama laktasi.  Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI antara lain :
1. Frekuensi Penyusuan 
Pada studi 32 ibu dengan bayi prematur disimpulkan bahwa produksi
ASI akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama  bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan dilakukan karena bayi  prematur belum dapat menyusui (Hopkinson et al, 1988 dalam ACC/SCN,  1991). Studi lain yang dilakukan pada ibu dengan bayi cukup bulan
menunjukkan bahwa frekuensi penyusuan 10 ± 3 kali perhari selama 2  minggu pertama setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI yang  cukup (de Carvalho, et al, 1982 dalam ACC/SCN, 1991). Berdasarkan hal ini  direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali perhari pada periode awal  setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan  stimulasi hormon dalam kelenjar payudara.

2. Berat Lahir
Prentice (1984) mengamati hubungan berat lahir bayi dengan volume ASI.  Hal ini berkaitan dengan kekuatan untuk mengisap, frekuensi, dan lama penyusuan  dibanding bayi yang lebih besar. Berat bayi pada hari kedua dan usia 1 bulan sangat  erat berhubungan dengan kekuatan mengisap yang mengakibatkan perbedaan intik  yang besar dibanding bayi yang mendapat formula. De Carvalho (1982) menemukan  hubungan positif berat lahir bayi dengan frekuensi dan lama menyusui selama 14
hari pertama setelah lahir. Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan  mengisap ASI yang lebih rendah dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr).  Kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama  penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi berat lahir normal yang akan  mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI.

3. Umur Kehamilan saat Melahirkan
Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi intik ASI. Hal ini disebabkan  bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan  tidak mampu mengisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah daripada  bayi yang lahir tidak prematur. Lemahnya kemampuan mengisap pada bayi prematur  dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ.
4. Umur dan Paritas
Umur dan paritas tidak berhubungan atau kecil hubungannya dengan  produksi ASI yang diukur sebagai intik bayi terhadap ASI. Lipsman et al (1985)  dalam ACC/SCN (1991) menemukan bahwa pada ibu menyusui usia remaja dengan  gizi baik, intik ASI mencukupi berdasarkan pengukuran pertumbuhan 22 bayi dari  25 bayi. Pada ibu yang melahirkan lebih dari satu kali, produksi ASI pada hari  keempat setelah melahirkan lebih tinggi dibanding ibu yang melahirkan pertama kali  (Zuppa et al, 1989 dalam ACC/SCN, 1991), meskipun oleh Butte et al (1984) dan  Dewey et al (1986) dalam ACC/SCN, (1991) secara statistik tidak terdapat  hubungan nyata antara paritas dengan intik ASI oleh bayi pada ibu yang gizi baik.
5. Stres dan Penyakit Akut
Ibu yang cemas dan stres dapat mengganggu laktasi sehingga mempengaruhi  produksi ASI karena menghambat pengeluaran ASI. Pengeluaran ASI akan  berlangsung baik pada ibu yang merasa rileks dan nyaman. Studi lebih lanjut  diperlukan untuk mengkaji dampak dari berbagai tipe stres ibu khususnya  kecemasan dan tekanan darah terhadap produksi ASI. Penyakit infeksi baik yang
kronik maupun akut yang mengganggu proses laktasi dapat mempengaruhi produksi
ASI.

6. Konsumsi Rokok
Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu hormon  prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan  adrenalin dimana adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin. Studi  Lyon,(1983); Matheson, (1989) menunjukkan adanya hubungan antara merokok dan  penyapihan dini meskipun volume ASI tidak diukur secara langsung. Meskipun  demikian pada studi ini dilaporkan bahwa prevalensi ibu perokok yang masih
menyusui 6 – 12 minggu setelah melahirkan lebih sedikit daripada ibu yang tidak  perokok dari kelompok sosial ekonomi sama, dan bayi dari ibu perokok mempunyai  insiden sakit perut yang lebih tinggi. Anderson et al (1982) mengemukakan bahwa  ibu yang merokok lebih dari 15 batang   rokok/hari mempunyai prolaktin 30-50%  lebih rendah pada hari pertama dan hari ke 21 setelah melahirkan dibanding dengan  yang tidak merokok.

7. Konsumsi Alkohol
Meskipun minuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat ibu  merasa lebih rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI namun disisi lain  etanol dapat menghambat produksi oksitosin. Kontraksi rahim saat penyusuan  merupakan indikator produksi oksitosin. Pada dosis etanol 0,5-0,8 gr/kg berat badan  ibu mengakibatkan kontraksi rahim hanya 62% dari normal, dan dosis 0,9-1,1 gr/kg  mengakibatkan kontraksi rahim 32% dari normal (Matheson, 18. Pil Kontrasepsi
Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin berkaitan  dengan penurunan volume dan durasi ASI (Koetsawang, 1987 dan Lonerdal, 1986  dalam ACC/SCN, 1991), sebaliknya bila pil hanya mengandung progestin maka  tidak ada dampak terhadap volume ASI (WHO Task Force on Oral Contraceptives,  1988 dalam ACC/SCN, 1991). Berdasarkan hal ini WHO merekomendasikan pil  progestin untuk ibu menyusui yang menggunakan pil kontrasepsi.
Ada dua cara untuk mengukur produksi ASI yaitu penimbangan berat badan  bayi sebelum dan setelah menyusui; dan pengosongan payudara. Kurva berat badan  bayi merupakan cara termudah untuk menentukan cukup tidaknya produksi ASI  (Packard, 1982). Dilihat dari sumber zat gizi dalam ASI maka ada 3 sumber zat gizi  dalam ASI yaitu : 1) disintesis dalam sel secretory payudara dari precursor yang ada  di plasma; 2) disintesis oleh sel-sel lainnya dalam payudara; 3) ditransfer secara
langsung dari plasma ke ASI (Butte, 1988). Protein, karbohidrat, dan lemak berasal  dari sintesis dalam kelenjar payudara dan transfer dari plasma ke ASI, sedangkan  vitamin dan mineral berasal dari transfer plasma ke ASI. Semua fenomena fisiologi  dan biokimia yang mempengaruhi komposisi plasma dapat juga mempengaruhi  komposisi ASI. Komposisi ASI dapat dimodifikasi oleh hormon yang  mempengaruhi sintesis dalam kelenjar payudara (Vaughan, 1999).

Aspek gizi ibu yang dapat berdampak terhadap komposisi ASI adalah intik  pangan aktual, cadangan gizi, dan gangguan dalam penggunaan zat gizi. Perubahan  status gizi ibu yang mengubah komposisi ASI dapat berdampak positif, netral, atau  negatif terhadap bayi yang disusui. Bila asupan gizi ibu berkurang tetapi kadar zat  gizi dalam ASI dan volume ASI tidak berubah maka zat gizi untuk sintesis ASI  diambil dari cadangan ibu atau jaringan ibu. Komposisi ASI tidak konstan dan  beberapa faktor fisiologi dan faktor non fisiologi berperan secara langsung dan tidak  langsung. Faktor fisiologi meliputi umur penyusuan, waktu penyusuan, status gizi  ibu, penyakit akut, dan pil kontrasepsi. Faktor non fisiologi meliputi aspek  lingkungan, konsumsi rokok dan alkohol (Matheson, 1989).

Sabtu, 25 Februari 2012

SUSU DAN HASIL OLAHANNYA

Menurut Standart Nasional Indonesia (SNI) pengertian susu segar adalah cairan yang berasal dari kambing atau sapi yang sehat yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, tidak mengalami penambahan atau pengurangan suatu komponen apapun serta tidak mengalami proses pemanasan. Susu sebagai bahan makanan mempunyai sifat yang sangat mudah rusak (Perishable Food) sehingga mengalami dalam pemanfaatnya perlu dilakukan penanganan atau pengolahan lebih lanjut. Beberapa jenis susu antara lain susu evaporasi, susu kental manis, susu pasteurisasi, susu bubuk dan lain – lain.
Pengertian susu evaporasi menurut SNI adalah hasil olahan susu yang dibuat dengan menguapkan sebagian kandungan air dari susu segar atau dengan merekonstitusi susu bubuk yang memenuhi syarat Kodex makanan Indonesia dengan atau tanpa penambahan zat lain yang diizinkan dikemas secara hermetis dan disterilisasi.
Selain kambing dan sapi, ada beberapa hewan lainnya yang dapat menghasilkan susu, yaitu terbuat dari unta. Hewan penghasil susu umumnya hewan mamalia. Setiap jenis susu segar yang dihasilkan oleh hewan yang berbeda memiliki sifat sensori (warna, aroma, rasa) dan komposisi kimia yang berbeda – beda pula.
Di pandang dari segi gizi susu merupakan bahan makanan hampir sempurna dan merupakan makanan alamiah bagi binatang menyusui yang baru lahir, dimana susu merupakan satu – satunya sumber makanan pemberi kehidupan segera sesudah kelahiran. Susu didefinisikan sebagai sekresi dari kelenjar susu binatang yang menyusui anaknya.
Pada dasarnya semua jenis mamalia termasuk manusia, mampu menghasilkan susu melalui kelenjar mamary. Secara umum susu mamalia ini dapat dikelompokan menjadi 2 golongan, yaitu susu kaya dan susu miskin. Yang dimaksud susu kaya adalah susu yang mengandung kadar lemak dan protein tinggi, sedangkan susu miskin adalah susu yang mengandung kadar lemak dan protein relatif lebih rendah. Susu merupakan emulsi lemak dalam air yang mengandung garam – garam mineral, gula dan protein. Kisaran komposisi paling besar terjadi pada kandungan lemak, karena kadar lemak susu sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
            Susu merupakan salah satu jenis minuman yang rnenyehatkan karena kandungan gizinya yang lengkap dan mengandung semua asam amino esensial dalam jumlah yang cukup. Air susu sendiri didefinisikan sebagai cairan yang dihasilkan oleh kelenjar mammae hewan betina. Susu hewan yang umum dikonsumsi ialah susu sapi, susu kambing, dan susu kuda (belakangan ini terkenal sebagai obat yang mujarab). Mula-mula, susu yang diperoleh dari petemakan distandarisasi dengan perbandingan tetap yaitu 9:22 (Iemak:bahan padat bukan lemak) baik dengan penambahan krim maupun susu skim. Setelah mengalami proses pemanasan, pada pembuatan susu kental manis ini ditambahkan sukrosa sehingga kosentrasi sukrosa menjadi 62.5%. Susu segar memiliki kandungan lemak tidak kurang dari 3,25%. Sedangkan kandungan bahan bukan lemak tidak kurang dari 8,25%. Susu sapi ini diperoleh dari hasil perahan sapi sehat. Untuk memperoleh susu segar yang siap diminum, cairan susu tersebut harus dipasteurisasi dulu. Tujuannya untuk membunuh bakteri patogen yang tidak berspora sedangkan bakteri berspora dan tahan panas (termotifill) tidak akan mati.

WORTEL


Wortel (Daucus carota) adalah tumbuhan jenis sayuran umbi yang biasanya berwarna jingga atau putih dengan tekstur serupa kayu. Wortel merupakan tumbuhan biennial (siklus hidup 12 - 24 bulan) yang menyimpan karbohidrat dalam jumlah besar untuk tumbuhan tersebut berbunga pada tahun kedua. Batang bunga tumbuh setinggi sekitar 1 m, dengan bunga berwarna putih. Wortel dapat dimakan dengan berbagai cara. Hanya 3% dari β-carotene pada wortel mentah dilepaskan selama proses pencernaan berlangsung, hal ini dapat ditingkatkan menjadi 39% melalui pulping, memasaknya dan menambahkan minyak sawit. Beta karoten adalah zat gizi terbesar yang terdapat dalam kandungan wortel yang menyebabkan rasa yang langu. Dalam bidang lain wortel sangat berguna sebagai tumbuhan pendamping bagi petani. Wortel dapat menaikkan jumlah produksi tomat jika ditanam secara bersamaan. Jika dibiarkan berbunga, wortel akan mengeluarkan aroma herbal yang menarik tawon predator untuk datang dan membunuh hama kebun.
Bukan hanya wortelnya saja yang banyak kandungannya, tapi bijinya juga mempunyai banyak kandungan yang bermanfaat juga, bijinya itu mengandung flavonoid, minyak atsiri, termasuk asaron, pinen, dan limonen, asam tiglat, azaron, dan bisabol, meristin yang berkasiat memberikan efek aprodisiak. Sedangkan daun wortel mengandung paspirine, zat-zat yang terdapat pada wortel sangat dibutuhkan dalam memicu fungsi kerja kelenjar endoktrin, khususnya kelenjar adrenalin dan kelenjar kelamin.
Tabel Nilai Kandungan gizi Wortel per 100 g
Kandungan zat gizi
Jumlah
Energi
41 kkal
Karbohidrat    
9 gr
Gula
5 gr
Niacin (Vit. B3)
1,2 mg (8%)
Vitamin B6
0,1 mg (8%)
Folat (Vit. B9)
19 mg (5%)
Diet serat
3 g
Lemak
0,2 g   
Vitamin C
7 mg (12%)
Kalsium
33 mg (3%)
Protein
1 g      
Vitamin A
835 mg (93%)
Besi
0,66 mg (5%)
Magnesium
18 mg (5%)
Beta-karoten
8285 mg (77%)
Fosfor
35 mg (5%)
Thiamine (Vit. B1)
0,04 mg (3%) 
Kalium
240 mg (5%)
Riboflavin (Vit. B2)
0,05 mg (3%)
Sodium
2,4 mg (0%)
                       
         Manfaat Wortel (Daucus carota)
        Wortel berguna untuk memenuhi kebutuhan kalsium dalam pembentukan tulang, anti kanker, mengatasi tukak lambung, amandel, gangguan kerongkongan dan pernapasan, mencegah konstipasi (sembelit), antioksidan, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, dan menghaluskan kulit.Zat-zat yang terdapat dalam wortel bermanfaat bagi sistem reproduksi, dalam hal ini untuk mengatasi kemandulan dan menyuburkan sistem reproduksi.
        Kandungan karoten wortel juga baik untuk kesehatan mata. Membantu mencegah terjadinya rabun senja dan memperbaiki penglihatan yang lemah, kekurangan vitmin A atau yang dikenal dalam istilah kedokteran sebagai avitaminosis A dapat menyebabkan rabun senja. Wortel bisa mngatasinya.Didalam wortel juga terkandung pectin yang baik untuk menurunkan kolesterol darah. Serat yang tinggi juga bermanfaat untuk mencegah terjadinya konstipasi. Wortel dalam bentuk jus juga dapat mengatasi ganggun kulit, seperti jerawat, bengkak bernanah, ataupun kulit kering.

ubi ungu

Indonesia merupakan bagian dari kawasan Asia Tenggara yang memiliki kekayaan alam yang berlimpah. Sebagai negara di bagian tropis ,Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang jauh lebih besar dari pada sumber daya alam yang ada di Negara lain, baik sumber daya alam yang berada di darat maupun sumber daya alam di laut. Semua sumber daya yang telah disediakan oleh alam dapat dimanfaatkan oleh manusia sebagai sarana penunjang kehidupan. Salah satunya adalah sebagai penunjang kesehatan manusia, bahkan banyak diantara jenis sumber daya alam yang menjadi kebutuhan salah satu asupan makanan untuk pemenuhan nilai gizi tubuh manusia.
                 Diantara kekayaan alam tersebut salah satunya adalah produk holtikultural, yaitu ubi ungu.
Ubi ungu  ( Ipomea batatas ) mengandung zat yang dapat menimbulkan warna merah, biru dan ungu pada buah atau sayur,zat tersebut dinamakan antosianin. Kandungan antosianin pada ubi ungu  ( Ipomea batatas ) sangat tinggi dan memiliki dua turunan, yakni cyanidin dan peonidin. Senyawa antosianin mampu mencegah timbulnya sel-sel kanker. Kandungan lain yang bermanfaat pada ubi ungu  ( Ipomea batatas ) adalah fenol, yaitu senyawa kimia yang memiliki efek anti-penuaan dan komponen antioksidan. Ubi ungu  ( Ipomea batatas ) memiliki kandungan fenol total dan kapasitas antioksidan yang lebih tinggi dari yang ubi yang lain. Keberadaan senyawa antosianin pada ubijalar yaitu pigmen yang terdapat pada ubi jalar ungu  dapat berfungsi sebagai komponen pangan sehat dan paling kompleks.
Sekelompok Antosianin yang tersimpan dalam ubi ungu  ( Ipomea batatas ) mampu menghalangi laju perusakan sel radikal bebas akibat Nikotin, polusi udara dan bahan kimia lainnya. Antosianin berperan dalam mencegah terjadinya penuaan, kemerosotan daya ingat dan kepikunan, polyp, asam urat, penderita sakit maag (asam lambung,  penyakit jantung koroner, penyakit kanker dan penyakit-penyakit degeneratif, seperti arterosklerosis. Selain itu, antosianin juga memiliki kemampuan sebagai antimutagenik dan antikarsinogenik terhadap mutagen dan karsinogen yang terdapat pada bahan pangan dan olahannya, mencegah gangguan pada fungsi hati, antihipertensi dan menurunkan kadar gula darah (antihiperglisemik). Hampir semua zat gizi yang terkandung dalam ubi ungu  ( Ipomea batatas ) ungu mendukung kemampuannya memerangi serangan jantung koroner.
Pigmen warna ungu pada ubi ungu  ( Ipomea batatas ) bermanfaat sebagai antioksidan karena dapat menyerap polusi udara, racun, oksidasi dalam tubuh, dan menghambat penggumpalan sel-sel darah. Kalo seperti ini, sepertinya ubi ungu  ( Ipomea batatas ) ini justru cocok untuk dikonsumsi orang kota. Ubi ungu  ( Ipomea batatas ) juga mengandung serat pangan alami yang tinggi, prebiotik, kadar Glycemic Index rendah, dan oligosakarida.Selain itu, ubi ungu  ( Ipomea batatas ) juga mengandung lisin, Cu, Mg, K, Zn rata-rata 20%. Dia juga merupakan sumber karbohidrat dan sumber kalori yang cukup tinggi. Ditambah dengan sumber vitamin dan mineral, vitamin yang terkandung dalam ubi ungu  ( Ipomea batatas ) antara lain vitamin A, vitamin C, thiamin (vitamin B1), dan riboflavin. Sedangkan mineral dalam ubi ungu  ( Ipomea batatas ) diantaranya adalah zat besi (Fe), fosfor (P), dan kalsium (Ca).Kandungan lainnya adalah protein, lemak, serat kasar dan abu. Total kandungan antosianin bervariasi pada setiap tanaman dan berkisar antara 20 mg/100 g sampai 600 mg/100 g berat basah. Total kandungan antosianin ubi ungu  ( Ipomea batatas ) ungu adalah 519 mg/100 g berat basah.